Minggu, 30 Mei 2010

Aliran-Aliran Filsafat Modern

"Aliran Progressivisme"
oleh : Imam Nashokha, S.Pd.


  1. Latar Belakang
Dalam perkembangannya filsafat adalah hasil pemikiran ahli – ahli filsafat atau filosof- filosof sepanjang zaman dengan obyek permasalahan hidup di dunia. Sebagai ilmu filsafat telah banyak mempengaruhi perkembangan keseluruh budaya umat manusia. Fisafat  telah mempengaruhi system politik, system social dan system ideologi semua bangsa. Filsafat juga mempengaruhi system ilmu pengetahuan sendiri, termasuk filsafat pendidikan.
Pandangan para filosof ada kalanya saling mendukung tetapi tidak jarang pula berbeda atau berlawanan. Perbedaan ini sering muncul dikarenakan para ahli tersebut berbeda cara dalam meng-approach suatu masalah. Perbedaan ini dapat uga disebabkan oleh latar belakang pribadi para ahli tersebut, disamping pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat. Oleh penelitian para ahli kemudian ajaran filsafat tersebut disusun dalam satu sistematika dengan kategori tertentu. Klasifikasi inilah yang melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu aliran ajaran filsafat.
Pada kesempatan ini pemakalah akan menguraikan aliran filsafat pendidikan modern yaitu ”Filsafat Pendidikan Progressivisme”. Progressivisme berkembang dalam permulaan abad 20 ini terutama di Amerika Serikat. Progressivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia pendidikan sebagai protes terhadap kebijakan konensional.
Progressivisme bukan merupakan aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan suatu gerakan dan perkumpulan yang kuat yang didirikan pada tahun 1918 di Amerika Serikat. Banyak guru yang ragu terhadap gerakan ini karena mereka telah mempelajari dan memahami filsafat Dewey. Kaum progresif mengkritik filsafat Dewey karena perubahan secara evolusi, sedangkan kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai tujuan.Mereka mengkritik terhadap formalime dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menerapkan disiplin keras, belajar pasif, dan banyak hal- hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan.

  1. STRATEGI PROGRESIF
          Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar dimasa mendatang.Karenanya, cara terbaik mempersiapkan siswa untuk masa depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka denga strategi-strategi pemecahan masalah yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan-tantangan baru dalam kehidupan dan menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada saat ini.
Orang-orang progresif merasa bahwa kehidupan itu berkembang dalam suatu arah positif dan umat manusia dapat dipercaya utuk bertindak dalam minat-minat terbaik mereka sendiri, maka para pendidik yang memiliki suatu orientasi progresif memberi kepada siswa sejumlah kebebasan dalam menentukan pengalaman-pengalaman sekolah mereka.       
Peran guru dalam suatu kelas yang berorintasi secara progresif adalah berfungsi sebagai seorang pembimbing yang memiliki tanggun jawab memfasilitasi pembelajaran siswa.

  1. ALIRAN PROGRESSIVISME
Essesia yang terkandung dalam ajaran filsafat progressivisme ini adalah dalam namanya sendiri “Progressive”. Dalam tulisan Brubacher yang bila diterjemahkan adalah “Progressive (berkembag maju) adalah sifat alamiah, kodrati dan itu berarti perubahan. Dan perubahan berarti suatu yang baru. Sesuatu yang baru merupakan keadaan yang nyata dan bukan sekedar pengertian atas realita yang sebelumnya memang sudah demikian”.
Progressivisme mempunyai watak yang dapat digolongkan:
  1. Negatif dan diagnostic yang berarti anti terhadap ototarianisme dan absolutisme dalam bentuk kuno maupun modern.
  2. Positif dan remedial, yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas kemampuan manusia sebagai subyek yang memiliki potensi- potensi alamiah, terutama kekuatan self- regenerative untuk menghadapi dan mengatasi semua problem hidupnya.
Pandangan-pandangan progressivisme dianggap sebagai “the liberal road culture”,  dalam arti bahwa liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani, toleran dan bersikap terbuka. Progressivisme menganggap pendidikan sebagai cultural transition. Ini berarti bahwa pendidikan dianggap mampu merubah dalam arti membina kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi hari depan yang makin kompleks dan menantang.
Ciri Utama progressivisme:
1.      Percaya manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya yang multi kompleks dengan skill dan kekuatannya sendiri.
2.      Merupakan suatu filsafat transisi antara dua konfigurasi kebudayaan yang besar.

   Progressivisme disebut dengan nama yang berbeda-beda seperti instrumentalisme, experimentalism, environmentalisme dan pragmatisme. Dinamakan instrumentalisme karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelgensia manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan experimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan asas eksperimen yang merupakan untuk menguji kebenaran suatu teori. Progressivisme dinamakan environmentalisme karena aliran  ini menganggap lingkungan hidup mempengaruhi pembinaan kepribadian (Noor Syam,1987: 228-229).  Sedangkan pragmatisme berpendapat bahwa suatu keterangan itu benar, kalau kebenaran itu sesuai dengan realitas, atau suatu keterangan dikatakan benar, kalau kebenaran itu sesuai dengan kenyataan (Rasjidi,1965: 18).Aliran progressivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang meliputi : Ilmu Hayat, bahwa manusia untuk mengetahui kehidupan semua masalah. Antropologi yaitu bahwa manusia mempunyai pengalaman, pencinta budaya, dengan demikian dapat mencari hal baru. Psikologi yaitu manusia akan berpikir tentang dirinya sendiri, lingkungan, dan pengalaman- pangalamannya, sifat-sifat alam, dapat meguasai dan mengaturnya.
Adapun tokoh-tokoh Progressivisme antara lain :
1.      William James, yang terkenal sebagai ahli filsafat Pragmatime dan Empirisme radikal juga sebagai pendiri Pragmatisme. James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup.
2.      Jhon Dewey termasuk salah seorang pendiri filsafat Pragmatisme, mengembangkan Pragmatisme dalam bentuknya yang orisinil. Ide filsafatnya yang utama berkisar dalam hubungan dengan problema pendidikan yang konkrit, baik teori maupun praktek.
3.      Hans Vaihinger; menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Per-sesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan;satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.
4.      Ferdinant Schiller dan Georges Santayana; kedua tokoh ini penganut pragmatisme. (Poedjawijatna, 1990: 133).

  1. PANDANGAN ONTOLOGI  PROGRESSIVISME
Asal Hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas,sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu, pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan dan lain – lain adalah realita manusia hidup sampai mati. Pengalaman adalah suatu sumber evolusi, yang berarti perkembangan, maju setapak demi setapak mulai dari yang mudah-mudah menerobos kepada yang sulit – sulit (proses perkembangan yang lama). Pengalaman adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan – perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan,perubahan dan berani bertindak.

  1. PANDANGAN EPISTEMOLOGI PROGRESSIVISME   

Pengetahuan adalah informasi, fakta, hokum, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya,ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan-catatan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka makin besar persiapan kita menghadapi tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan. Kebenaran ialah kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran adalah konsekuen daripada suatu realita pengetahuan dan daya guna di dalam hidup (Noor Syam, 1986: 236).

  1. PANDANGAN AKSIOLOGI PROGRESSIVISME
Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian adanya pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana expresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari individu-individu (Barnadib, 1987: 31-32). Nilai itu benar atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan ada bila menunjukkan kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan manusia.
   
  1. PROGRESSIVISME DAN PENDIDIKAN
Jhon S.Brubacher, mengatakan bahwa filsafat progressivisme bermuara pada aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh Willia James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952)  yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis.Filsafat progressivisme tidak mengakui kemutlakan kehidupan, menolak absolutisme dan otoriterisme dalam segala bentuknya, nilai-nilai yang dianut bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan.Sehingga progressivisme dianggap sebagai The Liberal Road of Culture (kebebasan mutlak menuju kebudayaan) maksudnya nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka (open minded).
Filsafat progressivisme menuntut kepada penganutya untuk selalu progress . (maju) bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Sebab sudah menjadi naluri manusia selalu menginginkan perubahan-perubahan. Untuk mendapatkan perubahan itu manusia harus memiliki pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat: fleksibel ,curios, toleran dan open minded.
Namun demikian filsafat progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia, kekuatan yang diwarisi sejak lahir (man’s natural power). Maksudnya adalah manusia sejak lahir telah membawa bakat dan kemampuan (prediposisi) atau potensi dasar terutama daya akalnya sehingga dengan daya akalnya manusia dapat mengatasi segala problematika hidupnya, baik itu tantangan, hambatan, ancaman maupun gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya.        
Aliran filsafat progressivisme telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam   dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter, sebab aka mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira mengahadapi pelajaran.
Filsafat progressivisme memandang tetang kebudayaan bahwa budaya sebagai hasil budi manusia, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak beku, melainkan selalu berkembang dan berubah. Untuk itu pendidikan sebagai alat untuk memproses dan merekostruksi kebudayaan baru haruslah dapat menciptakan situasi yang edukatif yang pada akhirnya akan dapat memberikan warna dan corak dari output yang dihasilkan manusia-manusia yang berkualitas unggul, berkompetitif, inisiatif, adaptif dan kreatif sanggup menjawab tantangan zamannya.
Untuk itu sangat diperlukan kurikulum yang berpusat pada pengalaman, dimana apa yang diperoleh anak didik selama di sekolah akan dapat diterapkan dalam dalam kehidupan nyatanya. Dengan metode pendidikan “Learning by Doing” dan “Problem Solving”.
    
  1. Asas Belajar
Pandangan mengenai belajar, filsafat progressivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhuk-makhluk lain. Filsafat progressivisme mengakui anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan untuk berkembang dan mengakui individu atau anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkunganya.
  Jhon Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi (Jalaludin, 1997: 75). Artinya proses pertumbuhan  dan proses dimana anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya, maka dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja. Sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Sekolah menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karaktersitik daerah itu. Filsafat progressivisme menghendaki isi pendidikan dengan bentuk belajar “learning by doing”  (Zuhairini, 1991: 24). Sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of knowledge  akan tetapi juga berfungsi sebagai transfer of value, sehingga anak menjadi trampil dan berintelektual baik secara fisik maupun psikis.  Jhon Dewey ingin mengubah bentuk pengajaran tradisional, ditandai dengan sifat vercalisme  di mana terdapat cara belajar DDCH (duduk, dengar, catat,hafal) menuju kearah penyelenggaraan sekolah progressive, sekolah kerja, sekolah pembangunan dan CBSA.
 
  1. Pandangan Kurikulum Progressivisme
Filsafat  progressivisme menghendaki sekolah yang memiliki kurikulum yang bersifat fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh doktrin tertetu), luas dan terbuka sehingga kurikulum dapat direvisi dan dievaluasi setiap saat sesuai dengan kebutuhan setempat. Kurikulum bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya, yaitu kurikulum yang edukatif dan eksperimental (core  Curriculum). Progressivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi, dengan demikian core curriculum  mengandung ciri-ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving (Zuhairini, 1991: 24). Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi diharapkan anak  dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Filsafat progressivisme ingin membentuk keluaran (out put)  yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah yang memiliki keahlian dan kecakapan yang langsung dapat diterapkan di masyarakat luas. 
  Metode problem solving diterapkan kedalam proses pendidikan dengan maksud melakukan pembaharuan atau inovasi dari bentuk pengajaran tradisional dimana adanya verbalisme pendidikan ke proses pembelajaran aktif. Siswa dituntut untuk dapat berpikir ilmiah seperti menganalisa, melakukan hipotesa dan menyimpulkan dan penekanannya terletak kepada kemampuan intelektualnya.  
W.H Kilpartick dalam Jalaludin (1997: 79-80) mengatakan suatu kurikulum yang dianggap baik berdasar atas beberapa prinsip:
a.  Kurikulum harus dapat meningkatkan kualitas hidup anak didik sesuai    dengan jenjang pendidikan
b.   Kurikulum yang dapat membina dan mengembangkan potensi anak didik
c.  Kurikulum yang sanggup mengubah prilaku anak didik menjadi kreatif, adaptif, dan kemandirian
 d. Kurikulum bersifat fleksibel atau luwes berisi berbagai macam bidang studi.

3. Pandangan Progressivisme tentang Budaya
Filsafat progressivisme menganggap bahwa pendidikan telah mampu merubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan cultural dan tantangan zaman, sekaligus menolong manusia menghadapi transisi antara zaman tradisional untuk memasuki zaman modern (progresif).
Manusia sebagai makhluk berakal dan berbudaya selalu berupaya mengadakan perubahan-perubahan.  Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia selalu berevolusi meningkatkan kualitas hidupyang semakin terus maju. Dengan rangsangan dari lingkungannya terutama lewat pendidikan potensi-potensi manusia akan berkembang, maka potensi – potensi untuk berpikir, berkreasi, berbudaya, berbudi dapat berkembang pula.     

  1. Penutup
Asas Progressivisme dalam belajar bertitik tolak dari asumsi bahwa anak didik bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, setiap anak didik berbeda kemampuannya, anak didik adalah insan yang aktif, kreatif dan dinamis.
Filsafat progressivisme memiliki konsep manusia memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat memecahkan problematika hidupnya, telah  mempengaruhi pendidikan, dimana dengan pembaharuan- pembaharuan pendidikan telah dapat mempengaruhi manusia untuk maju (progress).  Sehingga semakin tinggi tingkat berpikir manusia maka akan semakin tinggi pula tingkat budaya dan peradaban manusia.    
 

Daftar Pustaka

Brameld, Theodore. 1955. Philosophies of Education in Cultural Perspective. World Book Company: USA
Jalaluddin dan Idi, Abdulah. 1997. Filsafat Pendidikan. Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Gaya Media Pratama: Jakarta
Kattsoff,  Louis O. 1992. Element of Philosophy. The Ronald Press Company: New York
Mudyahardjo, Redja. 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar.  Remaja Rosdakarya: Bandung 
Pidarta, Made. 2000. Landasan kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Rineka Cipta: Jakarta
Sadulloh, Uyoh. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Alfabeta: Bandung
Titrarahardja, Umar dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan: Rineka Cipta: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.