Selasa, 31 Juli 2012

Temukan Cinta Anda

Bila Anda tak mencintai pekerjaan Anda, mak cintailah orang-orang uyang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan. Bila Anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja Anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor Anda. Ini mendorong Anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi. Bila toh Anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan dan ke tempat kerja Anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadi tujuan tampak menyenangkan juga. Namun, bila Anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa Anda cintai dari kerja Anda: tanaman penghias, meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela.

Apa saja. Bila Anda tak menemukan yang bisa Anda cintai dari pekerjaan Anda, maka mengapa Anda ada di situ? Tak ada alasan bagi Anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang Anda cintai, lalu bekerjalah di sana. Hidup hanya sekali bung! Tak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus.

Apapun itu kegiatan Anda, lakukan dengan penuh rasa cinta. Maka tanggung jawab, amanah, dan teman-temannya yang lain pun akan ikut dalam diri Anda.

Selamat beraktifitas… Bismillah…

Senin, 30 Juli 2012

Kesombongan Diri

Budi, seorang anak laki-laki SD kelas 3 baru saja memenangkan sebuah medali sebagai pembaca terbaik di kelas. Terbuai oleh kesombongan, ia menyombongkan diri dihadapan pembantu di rumah, “Bibi, coba lihat, jika mau Bibi dapat membaca sebaik saya.” Pembantuitu mengambil buku, memandangnya, dan akhirnya berkata dengan terbata-bata, “Nak Budi, saya tidak bisa membaca.”.

Sombong seperti burung merak, anak kecil itu lari ke ruang keluarga dan berteriak kepada ayahnya, “Yah, Bibi tidak bisa membaca,s edangkan saya meski baru berumur 8 tahun, saya sudah dapat medali untuk kehebatan membaca. Saya ingin tahu bagaimana sih perasaannya, memandang buku tapi tidak bisa membaca.”.

Tanpa berkata sepatah pun, ayahnya berjalan menuju rak buku, mengambil satu buku, dan memberinya ke Budi dan berkata, “Bibi merasa seperti ini.” Buku itu ditulis dalam bahasa jerman dan Budi tidak bisa membaca satu kata pun..

Anak laki-laki itu tidak akan pernah melupakan pelajaran itu sekejap pun. Bila perasaan sombong datang, dia dengan tengang akan mengingatkan dirinya, “Ingat, kamu tidak bisa membaca dalam bahasa Jerman”..

Kawan... Pernah merasakan hal seperti cerita di atas????

Ya, tentunya sebagai seorang manusia tentunya kita tidak pernah lepas dari yang namanya sombong, tinggi hati, atau merasa bangga dengan prestasi diri.

Sebagai bahan renungan, Musthafa Assibai berkata: Setengah pintar yang disertai tawadhu (rendah hati) lebih disenangi oleh hati manusia dan lebih bermanfaat bagi masyarakat dibandingkan dengan kecerdasan dan kepandaian yang tinggi yang disertai dengan kesombongan.

Semoga bermanfaat!!!